manajemen pembelajaran

>> Rabu, 18 Maret 2009

Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Teori Pembelajaran
Saya sangat kagum dengan model proses pembelajaran yang dibuat oleh mantan atasan saya yaitu Dr. Paul Swecker (sejak kerusuhan 1998, ia kini kembali ke AS). Namun maaf saya masih gaptek untuk mencopy flow diagram nya. …ke text blog …oleh karena itu saya coba narasikan dalam tulisan dengan penjelasan yang sederhana, mudah-mudahan bisa dimengerti dan bermanfaat.
1. Kita mulai dengan pengertian teori dalam model ini . Definisi teori dalam model ini memang diartikan sebagai segala bentuk hipotesa, dugaan, asumsi dan keyakinan. Teori bisa kita dapatkan dari buku, guru, teman atau orang tua, nenek moyang, atau juga pengalaman orang lain … bentuknya bisa keyakinan, kepercayaan, asumsi, hipotesis, dugaan, firasat, dll……
2. Teori yang kita punya (contoh : iklan meningkatkan penjualan, kalau mendung akan hujan, orang bekerja lebih keras bila diberi insentif, tidur saat mahgrib bisa digondol wewe..dll)…. perlu diuji ! diuji dalam pengalaman kita … tanpa diuji maka teori itu akan sia-sia ….. artinya kita tidak belajar.
3. Dari pengalaman kita (mencoba iklan, memperhatikan kalau mendung, dst..) kita coba lihat apakah teori kita benar ? Kalau ternyata salah.. atau kurang akurat maka kita perlu memodifikasi teori …..kalau teori itu benar … berarti kita sudah mendapatkan knowledge (proses pembelajaran) karena kita sudah membandingkan teori dan pengalaman kita.
Tapi bisa saja yang terjadi sebaliknya… artinya teori tsb kurang tepat ….
- dari pengalaman kita ternyata iklan tidak meningkatkan penjualan …….
4. Langkah berikutnya… perlukah kita memodifikasi teori kita ? misalnya
- oh ternyata ….iklan yang menggunakan artis yang meningkatkan penjualan ……
disini ada proses belajar … selanjutnya … kita lakukan lagi (membuat iklan) pelajari lagi … dan tanya lagi… apakah perlu modifikasi teori ? berikut contoh modifikasi teori :
- oh ternyata….. tidak semua iklan yang menggunakan artis dapat meningkatkan penjualan ……
Pilihan kita selanjutnya … teori yang kita punya bisa kita modifikasi terus sesuai dengan pengalaman kita…. atau ke langkah ke 5
5. Dari data yang ada … bisa saja kita berkesimpulan bahwa teori ini salah…tidak bisa hanya dimodifikasi ….. tetapi kita perlu merubah paradigma kita ……contohnya misal :
- Peningkatan penjualan tidak dapat hanya didorong oleh iklan semata .. tetapi harus menerapkan STP dan 4P yang tepat (istilah marketing….. saya tidak akan jelaskan disini).
6. Yang berbahaya bila kita sudah melakukan sesuatu dari teori yang kita punya… tetapi kita tidak membandingkannya .. atau bahkan sudah tahu teorinya tidak akurat atau salah tetapi kita membiarkannya begitu saja… tidak memodifikasi dan juga tidak mengubah paradigma…. maka kita masuk dalam proses tidak belajar !
Oleh karena itu setiap hari kita harus selalu rajin mengamati, rajin melihat dan menganalisis asumsi, hipotesis atau teori kita dengan pengalaman kita ….. jangan biarkan pengalaman lewat begitu saja tanpa kita pernah mengevaluasinya agar terus bisa mengasah pengetahuan kita ….
Begitu juga misalnya dengan berita hangat kasus Soeharto…. tidak boleh langsung dikubur kesalahannya…. kita perlu evaluasi seluruh kejadian baik buruknya….. sebagai bahan pembelajaran kita dalam kehidupan berbang

Multimedia Sebagai Media Pembelajaran
BERBAGAI kesibukan dan aktivitas guru dalam melaksanakan tugas tambahan di luar tugas mengajar menjadi pengaruh kuat terhadap perhatian mereka pada peserta didik. Sementara beberapa daerah terpencil, kekurangan tenaga pendidik menjadi masalah yang memprihatinkan. Tugas tambahan di luar mengajar yang sulit ditolak karena memang harus dilaksanakan atau kurangnya tenaga pendidik, cukup merangsang kreativitas guru dan lembaga pendidikan/sekolah untuk memilih media alternatif dalam membantu siswa pada proses belajar mengajar.
Sarana dan media belajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai alat bantu belajar sudah cukup umum dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan menggunakan LKS ini, peserta didik sudah cukup dibuat sibuk dan asyik dalam belajar dengan mengerjakan tugas yang sudah tertera di LKS tersebut.
Perkembangan teknologi dengan berbagai produk mutakhirnya, sangat kuat dalam memberikan warna pada berbagai sektor termasuk dunia pendidikan. Maraknya paket program yang disusun oleh ahli komputer yang dengan inovasinya mengangkat materi pembelajaran ke dalam perangkat lunak memberikan nuansa bagi guru mata pelajaran (mapel) yang cukup membantu mereka dalam proses belajar mengajar bahkan mungkin bisa terkesan memanjakan guru untuk mengurangi aktivitasnya di kelas. Siswa dipercaya untuk belajar melalui tata cara menyimak tayangan di layar monitor atau mungkin menggunakan sarana lain berupa LCD.
Ada pula sebuah paket program yang menawarkan sejumlah modul yang dilengkapi dengan CD pembelajaran, sebuah terobosan di dunia bisnis yang merambah ke dunia pendidikan. Hal ini memang merupakan sebuah inovasi pembelajaran dengan suatu kepentingan bahwa mungkin terdapat kekurangan tenaga pendidik di suatu sekolah atau kemungkinan lain yaitu guru yang mestinya mengajar di kelas sedang mendapat tugas lain di luar tugas mengajarnya di kelas tersebut.
Internet dengan kompleksitas suguhan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di kelas. Dengan sedikit arahan, guru bisa meminta siswanya untuk membuka situs tertentu yang berkaitan dengan materi ajarnya. Kegiatan ini memberikan warna tersendiri bagi perkembangan dunia pendidikan. Apalagi dengan kabar terakhir bahwa sudah beredar buku pelajaran digital yang bisa langsung di-download secara gratis di internet.
Sebuah kepentingan yang menjadi prioritas dalam dunia pendidikan adalah tujuan pendidikan itu sendiri. Sedangkan jika sudah masuk pada kepentingan masing-masing mata pelajaran, tidak bisa dipungkiri bahwa masing-masing mapel mempunyai karakteristik yang khas dan mungkin memunculkan sebuah filosofi yang berbeda-beda meski esensinya sama mendidik. Pada kenyataannya, pendidikan formal di sekolah lebih mengutamakan transformasi ilmu pengetahuan dibanding mendidik itu sendiri.
Yang menjadi pertanyaan adalah masih bisakah terjadi kolaborasi antara mengajar dan mendidik ? Pertanyaan tersebut sering membebani sebagian guru karena pertimbangan durasi waktu yang kemungkinan dirasa kurang, jika ingin memasukkan materi yang mengarah pada materi mendidik di samping mengajar mapel tersebut. Belum lagi tantangan bagi guru untuk menyuguhkan materi kontekstual dalam proses pembelajaran. Apalagi masalah pribadi dan hubungan sosialnya di masyarakat. Kompleksitas pers
seorang pribadi guru cukup kental dalam mempengaruhi nilai dan tujuan pendidikan. Sebuah pergeseran nilai yang perlu dipertanyakan di dunia pendidikan.
Bahasa pemrograman komputer, salah satu aplikasi materi dari mapel matematika. Sementara menu yang disajikan dalam pembelajaran matematika tidak pernah menyinggung bahasa pemrograman. Tampak bahwa bagaimanapun kehadiran komputer bagi mapel matematika semata-mata hanya sebagai sarana penunjang proses pembelajaran. Tantangan yang timbul bagi guru mapel matematika adalah memanfaatkannya dengan sebuah strategi bahwa komputer merupakan materi kontekstual di lingkup mapel matematika. Sehingga sudah selayaknya penggunaannya harus lebih dimaksimalkan.
Peran Multimedia
Kehadiran media elektronik semisal komputer dengan fasilitas internetnya dan ditambah LCD untuk penayangannya, sebagai media belajar merangsang guru untuk lebih bisa memanfaatkanya sebagai sarana penunjang yang menarik. Dengan kemasan yang terarah, kehadiran media tersebut sangat membantu. Akibatnya bagi guru yang belum menguasai berbondong-bondong memanfaatkan jasa pihak lain semisal perancang program untuk membantu membuat kemasan materi mapel terkait. Kepentingan pendidikan adalah muatan yang tidak boleh ditinggalkan dalam memilih jalur multimedia sebagai alternatif pembelajaran.
Perkembangan teknologi memang merangsang seluruh komponen pendidikan untuk lebih bijak dalam menyikapinya. Terutama untuk memilah dan memilih sesuai dengan kepentingannya tanpa menggeser makna pendidikan itu sendiri.
Semoga berbagai kalangan yang terlibat dalam penyusunan program pembelajaran berbasis multimedia cukup menjaga tingginya pergeseran nilai pendidikan yang ada selama ini. Yang jelas kehadiran sarana multimedia cukup memberi warna pada proses pendidikan di kelas. Guru hendaknya berpandangan, multimedia sebagai sarana pokok dalam pembelajaran, eksistensi dan kehadirannya tetap diperlukan. Siswa sangat memerlukan arahan dan bimbingan guru. Sehebat apapun alat peraga yang paling canggih, peran guru tetap yang akan menentukan. Amiin.



PENELITIAN PEMBELAJARAN VISIONER:
Pemecahan Masalah Masa Depan

Topik penelitian pembelajaran berpikir dan pemecahan masalah mendapat perhatian besar dari para peneliti bidang psikologi pada tahun 1980-an. Perhatian tersebut didasarkan pada adanya perubahan dan tantangan yang cepat dalam masyarakat yang memerlukan manusia berkemampuan memecahkan masalah (Bransford, dkk., 1986; Marzano, dkk., 1988; Marzano, Pickering, dan McTighe, 1993). Jika kemampuan memecahkan masalah telah diperoleh, seseorang tidak hanya dapat menyelesaikan masalah serupa, akan tetapi juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari (Gagne, 1985; Gagne, 1977; 1985; Bransford, Sherwood, dan Reiser, 1986; Siegler, 1991).
Penelitian ini sangat urgen dilakukan untuk menyediakan temuan empirik bagi upaya peningkatan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi. Topik pembelajaran berpikir dan pemecahan masalah mendapat perhatian besar dari para peneliti bidang psikologi pada tahun 1980-an. Perhatian tersebut didasarkan pada adanya perubahan dan tantangan yang cepat dalam masyarakat yang memerlukan manusia berkemampuan memecahkan masalah (Bransford, dkk., 1986; Marzano, dkk., 1988; Marzano, Pickering, dan McTighe, 1993). Jika kemampuan memecahkan masalah telah diperoleh, seseorang tidak hanya dapat menyelesaikan masalah serupa, akan tetapi juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari (Gagne, 1985; Gagne, 1977; 1985; Bransford, Sherwood, dan Reiser, 1986; Siegler, 1991).
Dengan mengacu pada pernyataan tersebut di atas, penelitian yang akan dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti dalam ruang lingkup yang berkaitan dengan “Program Pemecahan Masalah Masa Depan” (Future Problem Solving Program), dengan dimensi-dimensi: Pengembangan Model Pedidikan, Pembelajaran, dan Pelatihan, Pengembangan Kurikulum, Pengembangan Sumber Belajar/Bahan Ajar Multi Media, Pengembangan Strategi Pembelajaran, Pengembangan Alat Evaluasi, Pengembangan berpikir kreatif, Berpikir kritis dan analitis, Pengembangan keterampilan komunikasi verbal dan tulisan, Strategi pemecahan masalah, Memecahkan masalah kesenjangan kehidupan sekolah dengan dunia nyata. Ruang lingkup dan tema tersebut perlu dikembangkan untuk semua kelompok bidang studi, misalnya: Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika, Biologi, Fisika, Ilmu-ilmu Sosial, Bahasa, Agama, Pendidikan Jasmani dan Olahrara, dan sebagainya.
Kegiatan penelitian pembelajaran dengan domain khusus pemecahan masalah ini sudah dilakukan oleh peneliti sejak tahun 1996 sampai sekarang. Puncak kegiatan yang secara intensif berkaitan dengan penelitian pembelajaran pemecahan masalah adalah penelitian disertasi untuk menyelesaikan pendidikan doktor (S3). Berikut adalah judul-judul penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan topik penelitian ini sebagai berikut.
1. Kapabilitas pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar di Kodya Malang. Dana DIP IKIP Malang. Ketua. (1996)
2. Survey Model Strategi Pembelajaran pada Kelas/ Sekolah Unggulan Sekolah Dasar di Jawa Timur. Tahun Pertama. Penelitian Hibah Bersaing VII/1 Dirbinlitabmas, Ditjendikti. Ketua. (1998, 1999, 2000)
3. Kajian Teoretik Perilaku Mengajar, Sikap Guru di Kelas dan kapabilitas Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar. Penelitian Dasar dari Dirbinlitabmas Ditjendikti. Anggota kelompok. (1999).
4. Proses Pemecahan Masalah Soal Cerita siswa SD Kelas Tiga. Disertasi. (2001).
5. Proses Pemecahan Masalah Soal Cerita Siswa Sekolah Dasar Kelas Tiga (Disertasi). Mandiri. (2001)
6. Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Melalui Computer-Based Instruction Siswa Kelas Unggulan SD. Tahun Pertama. Penelitian Hibah Bersaing X/1 Dirbinlitabmas, Ditjendikti. Ketua. (2002, 2003, 2004)
7. Evaluasi Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Indonesia. Penelitian didanai oleh Balitbang dan Unesco. Anggota Peneliti. 2005.
8. Evaluasi Program Kemitraan Kepala Sekolah: Manajemen, Pembelajaran, dan Partisipasi Masyarakat. Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK. 2006.
9. Evaluasi Program Manajemen Berbasis Sekolah: Manajemen, Pembelajaran, Pemberdayaan Masyarakat. Badan Perencanaan nasional. 2006.
Tema penelitian berkaitan dengan program pemecahan masalah masa depan masih sangat terbuka, mengingat tema penelitian ini masih berupa hutan belantara di Indonesia. Oleh karena itu, kami mengajak rekan sejawat peneliti dan dosen perguruan tinggi di Indonesia untuk bersama-sama mengkaji tema tersebut melalui kerjasama penelitian.
Penelitian yang sedang dilakukan adalah mengembangkan Model Pembelajaran Visioner yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen Dikti Depdiknas tahun 2008, ini akan membangun jembatan antara konteks pembelajaran yang bersifat teaching-based, instructor-mediated ke arah konteks pembelajaran yang bersifat learning-based. Keuntungan yang akan diperoleh melalui penelitian ini terutama untuk menyediakan sumber-sumber belajar bagi mahasiswa yang berpeluang untuk mengembangkan setiap individu mencapai kemampuan optimal dalam memecahkan masalah masa depan.
Open Content, Solusi Pembelajaran
Di Eraglobalisasi yang semakin canggih dan megoptimalisasikan segala keperluan denga secara cepat, dapat diterima dengan baik dengan mengedepankan kualitas atau hasil yang memuaskan tentunya sebuah bangsa harus bisa bersaing dengan kemajuan zaman. Dalam konteks ini tentunya kita sedang berbicara mengenai kemajuan teknologi yang seharusnya diimbangi dengan kemampuan bersaing dalam segala bidang, tetapi di dalam artikel ini saya akan memfokuskan pokok permasalahan pada dunia pendidikan yang dirasa sangat penting bagi semua manusia. Salah satu yang menjadi solusi yang tentunya mamberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan adalah dengan Open Content yang merupakan suatu sistem yang memberikan sumber pengetahuan secara global dan ditinjau dari berbagai aspek dan bidang keilmuan. Open Content memberikan keterbukaan bagi masyarakat untuk mengakses apa yang diperlukan baik itu dari kalangan masyarakat bawah, mahasiswa ataupun golongan akademisi yang berada dalam lembaga pemerintahan dan itu saya pikir sangat memberikan kemudahan-kemudahan mengenai apa yang dibutuhkan.

Open Content sebagai solusi Pembelajaran yang lebih mudah
Indonesia sekarang jauh sudah mengenal teknologi yang berbasis informasi dalam hal ini yaitu Internet. Tentunya semua kalangan sudah pernah mendengar nama Internet walaupun belum pernah menggunakanya. Sekarang internet sudah sampai ke pelosok desa sehingga tidak ada alasa untuk tidak mengetahui informasi. Dengan adanya Open Content maka sangat memudahkan sekali meng-update informasi baik itu di Losok desa ataupun di kota besar dengan kata lain Open Contet memberikan solusi yang sangat tepat bagi Update Informasi.

Open Content sebagai Solusi pembelajaran Universal
Bentuk pembelajaran yang ideal adalah dimana orang bisa mendapatkan pengetahuan yang sama walaupun dengan waktu yang berbeda. Open Content memberikan fasilitas yang bisa diketahui oleh semua orang dalam waktu yang berbeda tetapi masih dalam satu pengetahuan yang sama, bahkan mungkin lebih update karena didalam Open Conten sendiri update informasi selalu diutamakansesuai denga perkembangan informasi yang sedang hangat dilapangan dengan tidak mengesampingka informasi yang sudah lama. Open Content memberikan semuafasilitas yang diperuntukan kusus biat orang-orang yang kreatif dan ingin berkembang labuh maju denagn tantangan zaman. Dalam konteks kemajuan pendidikan tentunya sangat berpengaruh sekali ketika informasi yang akan dipublukasikan secara serentak dan diketajui secara serentakoleh tiap lembaga pendidikan ataupun Universitas maka Open Content merupakan solusi pembelajaransecara Universal yang dapat mengupdate informasi dengan langsung serentak diterima oleh semua kalangan.

0 komentar: